Syeih Abul-Abbas Al-Mursy : golongan manusia

••●══❁══◎✾☆﷽☆✾◎══❁══●••
*اللهُم  َّصلِّ  علٰى  سَيِّدنا  مُحَمّدٍ  عبدِكَ  وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ*
•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•
               🅐🅛 🅗🅘🅚🅐🅜 *194*
 “RAHASIA MENGAJAR,MEMBERI NASIHAT KEBAIKAN (1)”

من عَبَّرَ مِن بِساطِ احْسانِه اصْمَتـَتْهُ الاِساءةُ ومنْ عَبَّرَ مِن بِساطِاِحْساَنِ اللهِ اليهِ لم يَصْمُتْ اذاأساءَ
*_194. “Barang siapa menerangkan ilmu/ mengajar dengan memandang bahwa keterangannya itu muncul dari kebaikan dirinya, maka dia akan terdiam jika berbuat salah/ maksiat, dan siapa yang menerangkan ilmu/ mengajar dengan memandang bahwa ilmu/ keterangannya itu pemberian الله padanya, maka ia tidak akan diam bila ia berbuat salah/ dosa.”_*

 Hikmah ini menerangkan tentang orang yang mengajar/ memberi nasihat tentang kebaikan dengan merasa bahwa dirinya sudah baik, dan merasa bahwa keterangannya itu hasil dari kebaikannya sendiri (yakni dia masih memandang dirinya sendiri), maka bila suatu saat dia tergelincir dalam dosa, dia akan merasa malu untuk memberi nasihat/ mengajar orang lain, akan tetapi bila ia ketika memberi nasihat/ mengajarkan ilmu pada orang lain itu hanya memandang bahwa ilmunya itu karunia dari الله, ia tidak memandang dirinya, maka dia tidak merasa malu untuk menerangkan ilmu/ memberi nasihat jika suatu saat ia tergelincir dalam dosa. Sebab berbuat kebaikan itu hanya semata-mata karunia dari الله.
 Syeih Abul-Abbas Al-Mursy رضي الله عنه Berkata: Manusia itu terbagi menjadi tiga golongan. Pertama : golongan yang selalu memperhatikan apa-apa yang dari dirinya kepada الله. kedua : Golongan yang selalu hanya ingat pemberian dan karunia dari الله kepda dirinya. Ketiga : Golongan yang hanya memandang bahwa semua dari الله kembali pada الله.
  Golongan pertama : selalu memikirkan kekurangan diri dalam menunaikan kewajibannya, sehingga selalu berduka cita.
  Golongan kedua : selalu melihat semua itu adalah karunia dari الله, maka ia selalu gembira.
  Dan golongan ketiga : Telah lupa pada dirinya sendiri, hanya teringat bahwa semuanya berasal dari الله dan akan kembali kepada الله, maka semua terserah الله.
  Syeih Abul Hasan As-Syadzily رضي الله عنه Berkata : Pada suatu malam saya membaca surat Qul-a’udzu birobbinnas hingga akhir surat. Tiba-tiba terasa bagiku bahwa : Syarril was-waasil-khonnaas, yang berbisik dalam hati itu ialah yang menyusup antara kau dengan الله, untuk melupakan engkau dari karunia-karunia الله, yang halus dan samar, dan mengingatkan engkau pada perbuatan-perbuatanmu yang jahat/ dosa.  Tujuannya untuk membelokkan engkau dari husnud-dhon kepada su’udh-dhon terhadap الله. Maka waspadalah.  Beliau juga berkata : Seorang ‘Aarif itu ialah seorang yang telah mengetahui rahasia-rahasia karunia الله di dalam berbagai macam ujian bala’ yang menimpanya sehari-hari. Danjuga menyadari/ mengakui kesalahan-kesalahannya di dalam lingkungan belas kasih الله kepadanya. Beliau berkata lagi : Sedikitnya amal dengan mengakui karunia الله, itu lebih baik dari banyaknya amal dengan merasa kekurangan diri sendiri. Yakni seolah-olah mempunyai kekuatan sendiri untuk bikin baik, hanya sekarang belum baik, sehingga ia selalu berduka cita memikirkan bagaimana ia dapatnya lebih baik. Padahal seharusnya ia menyerah dan hanya meminta kepada الله saja. sebab jika الله belum memberi maka tetap tidak ada perubahan pada dirinya, berdasarkan pengertian ayat :
 وَمنْ يَتَوكـَّلْ عَلى اللهِ فـَهُوَ حَسْبُهُ
 (Dan siapa yang berserah diri kepada الله, maka الله sendiri yang akan mencukupi/  melengkapi kekurangannya.)  لاحَوْل ولاقُوَّة َالا بِاللهِ 
dan tiada daya upaya atau kekuatan , kecuali atas bantuan dan pertolongan الله.

•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•
◎ *اللهم اجعلنا من العلماء العاملين المخلصين*◎
Dikutip dari grup wa syarh alhikam ibnu athaillah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PESAN SAYYIDIL HABIB UMAR BIN HAFIDZ DI BULAN RAJAB

6 WASIAT WALI ABDAL"

NASEHAT  NASEHAT  Imam Al ’Aydarus